Di dalam memetakan gua sudah barang tentu kita membutuhkan beberapa peralatan yang di antaranya adalah kompas yang digunakan untuk mengetahui berapa derajat perbedaan arah lorong/jalan terhadap arah utara. Clinometer untuk mengetahui kemiringan bidang terhadap sumbu horizontal dalam satuan derajat. Topofil yang sebenarnya memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan pita ukur, hanya saja benda ini berkerja atas dasar roda yang berputar menggerakkan angka-angka dalam satuan centimeter. Pita ukur, pita ini dibuat dari bahan linen atau plat baja tipis yang kemudian seiring dengan perkembangan jaman saat ini telah banyak pula yang dibuat dari bahan fiber yang mana pita ini dilengkapi dengan ukuran dalam satuan mm sampai cm. lembar kerja (work Sheet) juga sangat dibutuhkan dimana lembar kerja ini akan digunakan untuk mencatat data yang diambil selama pemetaan dan lembar ini diusahakan terbuat dari benda yang tahan terhadap air.
Layaknya peta-peta yang lain, peta gua juga memiliki derajat ketelitian (grade) yang berbeda. Tingkatan itu yang oleh BCRA (British Cave Research Association) dibedakan menjadi 6 tingkatan khusus dan pembagian ini berdasarkan keakuratan pengukuran, teknik yang digunakan dan peralatan yang digunakan. Grade I adalah grade yang hanya membuat sketsa dengan akurasi rendah, tanpa membuat pengukuran. Grade II adalah grade yang digunakan jika diperlukan untuk menggambarkan perantaraan dalam akurasi antar grade I dan III. Grade III adalah pemetaan yang menggunakan survey magnetic kasar, sudut horizontal dan sudut vertical dan diukur dengan peralatan, derajat kesalahan ± 2,5°. Alat ukur jarak dengan kesalahan ± 50 cm, kesalahan posisi stasiun 50 cm. Grade IV dapat digunakan jika diperlukan untuk menggambarkan survey yang tidak sampai ke grade V tetapi lebih akurat daripada grade III. Grade V adalah survey dengan peralatan magnetic yang mana akurasi sudut horizontal dan vertikalnya hanya ± 1°. Akurasi pengukuran jarak ± 10 cm dan kesalahan posisi stasiun kurang dari 10 cm. Grade VI adalah survey yang dilakukan dengan lebih akurat dari grade V. Sementara grade yang terakhir adalah grade X yang mana survey ini menggunakan theodolite sebagai pengganti kompas.
Selain tingkatan-tingkatan diatas BCRA membuat klasifikasi tingkatan peta gua berdasarkan tingkat ketelitian detail survey yang dibagi atas klas A yang mana semua detail dibuat berdasarkan hapalan luar kepala, Klas B yang detail lorong dicatat dalam gua berdasarkan perkiraan, Klas C detail lorong diukur pada stasiun survey, dan yang terakhir Klas D yang detail lorong diukur pada stasiun survey dan antar stasiun.
Kombinasi grade dan Klas juga sering digunakan dengan catatan bahwa derajat pengukuran ini harus diusahakan sejak dua stasiun pertama karena kesalahan yang timbul juga akan bersifat kumulatif dimana semakin jauh dari titik awal maka akan semakin besar pula kesalahan yang ditimbulkan.
Di dalam pemetaan gua terdapat dua metode/system pengukuran yang sering digunakan yang di antaranya adalah forward method dan leapfrog method. Forward method adalah metode dimana surveyor dan pencatat berjalan berurutan (depan dan belakang) hingga stasiun yang terakhir. Sedangkan leapfrog method adalah surveyor dan pencatat saling bergantian berada didepan atau belakang layaknya lompat katak dan metode ini lebih teliti dari metode forward method.
System pemetaan gua berdasarkan arah survey juga terbagi dua yaitu Top to bottom dan Bottom to top. Top to bottom adalah pengukuran yang dimulai dari entrance hingga ujung lorong/dasar gua atau hingga stasiun terakhir. Bottom to top adalah pengukuran dari ujung lorong/dasar gua sampai entrance atau kebalikan dari system Top to bottom.
Pengumpulan data adalah langkah pertama yang bisa digunakan dalam pembuatan peta gua. Pengumpulan data biasanya dilakukan oleh suatu team yang idealnya terdiri dari empat orang dengan pembagian tugas masing-masing. Orang pertama akan bertugas sebagai pembaca alat-alat ukur. Orang pertama ini akan membawa alat-alat seperti clinometer, kompas dan meteran. Orang kedua bertugas sebagai stasiun pengukuran, orang kedua ini membawa ujung meteran yang dipegang oleh orang pertama. Tinggi orang pertama dan kedua sedapatnya diusahakan memiliki tinggi yang sama dengan tujuan untuk mendapatkan ketelitian dalam pengukuran elevasi (kemiringan lantai). Orang ketiga bertugas sebagai pencatat data pengukuran, descriptor untuk cross system (irisan lorong) dan sketsa perjalanan. Orang keempat adalah leader, penentu titik stasiun maupun sebagai pemasang lintasan pada penelusuran gua vertical.
Data-data yang diambil berupa sudut clinometer untuk mengetahui elevasi/sudut kemiringan lantai gua. Sudut kompas untuk mengetahui arah lorong dari arah utara kompas. Jarak miring untuk mengetahui jarak antar stasiun pengukuran. Jarak kiri/kanan untuk memperoleh jarak antara dinding kiri dan kanan dari stasiun pengukuran. Tinggi atap untuk mengetahui tinggi atap pada setiap stasiun pengukuran. Cross section adalah penampang lorong gua. Sketsa perjalanan adalah sketsa yang dibuat dari arah kompas dan diisi dengan keterangan-keterangan yang tidak terdapat dalam work sheet data (diisi dengan simbol-simbol kondisi gua, ornament gua, air, lumpur, pasir dan hal-hal lainnya).
Setelah semua data yang diperlukan diperoleh barulah diadakan perhitungan data untuk menghitung data-data yang diambil dilapangan. Untuk perhitungan ini sudah ada table yang didalamnya terdapat rumus-rumus yang akan diper-gunakan, antara lain menggunakan rumus Jarak datar (I) = cosinus klino x jarak miring (D), Absis (X) = sinus kompas x jarak datar (I), Koordinasi sumbu x (2x) = penambahan absis terhadap status sebelumnya, Ordinasi (Y) = cosinus kompas x jarak datar (I), Koordinasi sumbu Y (ÓY) = penambahan ordinat terhadap status sebelumnya, Beda elevasi (h) =tangent klino x jarak datar (I), Beda elevasi total (Óh) = penambahan beda elevasi terhadap stasiun sebelumnya. Dalam penggunaan rumus-rumus diatas hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penghitungan Óx, Óy, Óh pada percobaan sebelumnya.
Setelah semua data-data diperoleh, barulah gua dapat digambarkan sebagai plan section, extended section, projected section atau peta gua tiga dimensi. Plan section adalah peta gua tampak atas., extended section adalah peta gua tampak samping tanpa proyeksi, sedangkan projected elevasion adalah peta gua tampak samping, diproyeksikan dari plan section.
Tahapan-tahapan dalam menggambar peta gua diawali dengan menentukan skala peta dan arah utara peta, penentuan titik koordinat tiap stasiun (system koordinasi polar, system koordinasi cartesius), penetuan jarak titik dinding dan kanan tiap stasiun dan tiap perubahan lebar lorong, menghubungkan titik dinding kiri dan kanan antar stasiun, memasukkan symbol-simbol koordinasi gua, menggambar cross section dan membuat kelengkapan peta. Kelengkapan peta sendiri terdiri dari nama gua, grade peta, lokasi gua (administrasi, geografi, elevasi dpl), arah utara peta, skala peta (grafis, fraksi), waktu survey (tanggal, bulan, tahun), surveyor (kelompok, anggota, acara), panjang dan kedalaman gua dan yang terakhir diharapkan adanya foto-foto gua tersebut. Selamat mencoba !!! Cepot
Layaknya peta-peta yang lain, peta gua juga memiliki derajat ketelitian (grade) yang berbeda. Tingkatan itu yang oleh BCRA (British Cave Research Association) dibedakan menjadi 6 tingkatan khusus dan pembagian ini berdasarkan keakuratan pengukuran, teknik yang digunakan dan peralatan yang digunakan. Grade I adalah grade yang hanya membuat sketsa dengan akurasi rendah, tanpa membuat pengukuran. Grade II adalah grade yang digunakan jika diperlukan untuk menggambarkan perantaraan dalam akurasi antar grade I dan III. Grade III adalah pemetaan yang menggunakan survey magnetic kasar, sudut horizontal dan sudut vertical dan diukur dengan peralatan, derajat kesalahan ± 2,5°. Alat ukur jarak dengan kesalahan ± 50 cm, kesalahan posisi stasiun 50 cm. Grade IV dapat digunakan jika diperlukan untuk menggambarkan survey yang tidak sampai ke grade V tetapi lebih akurat daripada grade III. Grade V adalah survey dengan peralatan magnetic yang mana akurasi sudut horizontal dan vertikalnya hanya ± 1°. Akurasi pengukuran jarak ± 10 cm dan kesalahan posisi stasiun kurang dari 10 cm. Grade VI adalah survey yang dilakukan dengan lebih akurat dari grade V. Sementara grade yang terakhir adalah grade X yang mana survey ini menggunakan theodolite sebagai pengganti kompas.
Selain tingkatan-tingkatan diatas BCRA membuat klasifikasi tingkatan peta gua berdasarkan tingkat ketelitian detail survey yang dibagi atas klas A yang mana semua detail dibuat berdasarkan hapalan luar kepala, Klas B yang detail lorong dicatat dalam gua berdasarkan perkiraan, Klas C detail lorong diukur pada stasiun survey, dan yang terakhir Klas D yang detail lorong diukur pada stasiun survey dan antar stasiun.
Kombinasi grade dan Klas juga sering digunakan dengan catatan bahwa derajat pengukuran ini harus diusahakan sejak dua stasiun pertama karena kesalahan yang timbul juga akan bersifat kumulatif dimana semakin jauh dari titik awal maka akan semakin besar pula kesalahan yang ditimbulkan.
Di dalam pemetaan gua terdapat dua metode/system pengukuran yang sering digunakan yang di antaranya adalah forward method dan leapfrog method. Forward method adalah metode dimana surveyor dan pencatat berjalan berurutan (depan dan belakang) hingga stasiun yang terakhir. Sedangkan leapfrog method adalah surveyor dan pencatat saling bergantian berada didepan atau belakang layaknya lompat katak dan metode ini lebih teliti dari metode forward method.
System pemetaan gua berdasarkan arah survey juga terbagi dua yaitu Top to bottom dan Bottom to top. Top to bottom adalah pengukuran yang dimulai dari entrance hingga ujung lorong/dasar gua atau hingga stasiun terakhir. Bottom to top adalah pengukuran dari ujung lorong/dasar gua sampai entrance atau kebalikan dari system Top to bottom.
Pengumpulan data adalah langkah pertama yang bisa digunakan dalam pembuatan peta gua. Pengumpulan data biasanya dilakukan oleh suatu team yang idealnya terdiri dari empat orang dengan pembagian tugas masing-masing. Orang pertama akan bertugas sebagai pembaca alat-alat ukur. Orang pertama ini akan membawa alat-alat seperti clinometer, kompas dan meteran. Orang kedua bertugas sebagai stasiun pengukuran, orang kedua ini membawa ujung meteran yang dipegang oleh orang pertama. Tinggi orang pertama dan kedua sedapatnya diusahakan memiliki tinggi yang sama dengan tujuan untuk mendapatkan ketelitian dalam pengukuran elevasi (kemiringan lantai). Orang ketiga bertugas sebagai pencatat data pengukuran, descriptor untuk cross system (irisan lorong) dan sketsa perjalanan. Orang keempat adalah leader, penentu titik stasiun maupun sebagai pemasang lintasan pada penelusuran gua vertical.
Data-data yang diambil berupa sudut clinometer untuk mengetahui elevasi/sudut kemiringan lantai gua. Sudut kompas untuk mengetahui arah lorong dari arah utara kompas. Jarak miring untuk mengetahui jarak antar stasiun pengukuran. Jarak kiri/kanan untuk memperoleh jarak antara dinding kiri dan kanan dari stasiun pengukuran. Tinggi atap untuk mengetahui tinggi atap pada setiap stasiun pengukuran. Cross section adalah penampang lorong gua. Sketsa perjalanan adalah sketsa yang dibuat dari arah kompas dan diisi dengan keterangan-keterangan yang tidak terdapat dalam work sheet data (diisi dengan simbol-simbol kondisi gua, ornament gua, air, lumpur, pasir dan hal-hal lainnya).
Setelah semua data yang diperlukan diperoleh barulah diadakan perhitungan data untuk menghitung data-data yang diambil dilapangan. Untuk perhitungan ini sudah ada table yang didalamnya terdapat rumus-rumus yang akan diper-gunakan, antara lain menggunakan rumus Jarak datar (I) = cosinus klino x jarak miring (D), Absis (X) = sinus kompas x jarak datar (I), Koordinasi sumbu x (2x) = penambahan absis terhadap status sebelumnya, Ordinasi (Y) = cosinus kompas x jarak datar (I), Koordinasi sumbu Y (ÓY) = penambahan ordinat terhadap status sebelumnya, Beda elevasi (h) =tangent klino x jarak datar (I), Beda elevasi total (Óh) = penambahan beda elevasi terhadap stasiun sebelumnya. Dalam penggunaan rumus-rumus diatas hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penghitungan Óx, Óy, Óh pada percobaan sebelumnya.
Setelah semua data-data diperoleh, barulah gua dapat digambarkan sebagai plan section, extended section, projected section atau peta gua tiga dimensi. Plan section adalah peta gua tampak atas., extended section adalah peta gua tampak samping tanpa proyeksi, sedangkan projected elevasion adalah peta gua tampak samping, diproyeksikan dari plan section.
Tahapan-tahapan dalam menggambar peta gua diawali dengan menentukan skala peta dan arah utara peta, penentuan titik koordinat tiap stasiun (system koordinasi polar, system koordinasi cartesius), penetuan jarak titik dinding dan kanan tiap stasiun dan tiap perubahan lebar lorong, menghubungkan titik dinding kiri dan kanan antar stasiun, memasukkan symbol-simbol koordinasi gua, menggambar cross section dan membuat kelengkapan peta. Kelengkapan peta sendiri terdiri dari nama gua, grade peta, lokasi gua (administrasi, geografi, elevasi dpl), arah utara peta, skala peta (grafis, fraksi), waktu survey (tanggal, bulan, tahun), surveyor (kelompok, anggota, acara), panjang dan kedalaman gua dan yang terakhir diharapkan adanya foto-foto gua tersebut. Selamat mencoba !!! Cepot
0 komentar:
Posting Komentar