Pekalongan memang sangat identik dengan batik, namun sekarang kota di pesisir pantai ini pun mulai dikenal dengan berbagai kerajinan tangan unik berupa perkakas rumah tangga yang terbuat dari bahan-bahan alami.
Di kesempatan pulang ke kampung halaman, liburan panjang lalu, saya menyempatkan diri berburu berbagai ragam kerajinan tangan rakyat. Usaha rumahan yang telah digalakkan selama beberapa tahun ini, terbukti menguntungkan bagi masyarakat Pekalongan.
Salah satu sentra membuat kerajinan tangan yang menjadi pilihan pertama saya adalah 'Medono', letaknya tak jauh dari kota sehingga mudah untuk dicapai. Tinggal pilih, mau naik angkot atau becak, semua orang Pekalongan tahu tempatnya.
Sesampainya di sana, saya memasuki sebuah rumah toko yang bernama "Rossa", letaknya di Jl. Dharma Bakti. Di dalamnya, aneka barang kerajinan tangan yang umumnya perkakas rumah tangga ini dijajakan.
Bahan-bahan alami seperti tanah liat, anyaman serat enceng gondok, akar wangi, dedaunan kering, tenun ATBM (alat tenun bukan mesin), kerajinan bambu dan lainnya, di sulap si empunya rumah - yang juga bernama Rossa - menjadi perkakas menarik.
Di outletnya, berbagai barang seperti serbet, taplak meja, sajadah, tempat tissue, sandal, lampu meja dari tanah liat, tas berbagai bentuk dan ukuran, ukiran kayu, yang semuanya terlihat indah dan unik, dipamerkan.
Tapi yang paling membuat saya bahagia, harga barang-barang tersebut tidak membuat kantong jebol, karena ditawarkan dengan harga relatif murah. Orang yang akan menerima pun akan bahagia, sebab bentuknya unik dan menarik.
Salah satu contohnya, aneka tas yang unik dijual sekitar R. 10 ribu hingga Rp. 80 ribu. Sementara pelengkap alat makan, seperti serbet, alas piring dan taplak meja, dijual dengan harga antara Rp. 5.000 sampai Rp. 75.000. Sedang sandal, sajadah hingga hiasan dinding, dibanderol seharga Rp. 10 ribu sampai Rp. 100 ribu.
Bagi yang senang tawar menawar, boleh mengadu kebolehannya, sebab harga barang-barang di atas masih bisa ditawar. Apalagi bila Anda membeli dalam jumlah banyak, atau untuk dijual kembali.
Puas memborong oleh-oleh di Medono, saya langsung cabut menuju sebuah pasar kulakan yang letaknya dipinggiran kota Pekalongan. Namanya Pasar Grosir Setono, nama pasar ini diambil dari nama daerahnya, yaitu Setono.
Di pasar ini, Anda bisa menjumpai jejeran toko yang menjual berbagai barang industri kerajinan khas Pekalongan. Termasuk puluhan toko batik yang tentunya menyediakan produk batik dan batik cirebon, serta toko-toko kerajinan tangan, seperti tenun serat alam dan kerajinan tangan seperti di toko Rossa.
Tujuan saya adalah mampir ke toko 'Fariz' milik Ferry, yang merupakan teman adik saya. Di toko ini, saya menemukan tempat menyimpan koran yang terbuat dari kayu dan tenun surat alam ATBM dengan beragam bentuk dan warna yang sangat menarik. Harga? Luar biasa menarik, karena sebuahnya hanya Rp. 25 ribu.
Barang lainnya yang membuat tangan saya gatal untuk membeli adalah, satu set alas piring dan serbet makan yang dikemas dalam boks cantik, tikar ATBM, tas-tas mungil dari serat alam awrna-warni, kerajianan rotan, sandal dari enceng gondok dan batik, gorden, lukisan kaca serta lainnya.
Bagi penggemar batik, Pekalongan adalah surganya. Anda akan terpuaskan dengan berbagai pilihan melimpah yang tersedia di pusat pasar grosir ini. Sebab hampir setiap toko memiliki produk yang unik dan menarik, tinggal pilih yang sesuai dengan selera Anda.
Bila dibandingkan dengan produk batik yang dijual di pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta, dengan produk kerajinan batik yang dijual di sini, sebenarnya hampir sama. Tapi harganya jauh lebih murah, dijamin akan membuat Anda tercengang-cengang!
Itulah secuil cerita mudik saya yang telah menjadi wisata belanja kerajinan Indonesia menyenangkan. Semoga perburuan saya kali ini bisa menjadi panduan bila suatu hari Anda bertandang atau berwisata ke kota kelahiran saya, Pekalongan.
(Anto Chasanny)
http://www.halohalo.co.id/