Jumat, 12 September 2008

Mengubah Perca Menjadi Lap

Kain perca yang merupakan limbah di pabrik konveksi ternyata masih bisa dibuat menjadi barang yang cukup punya nilai seperti souvenir, kerajinan, aneka kerajinan souvenir, aneka kerajinan, dan aneka souvenir. Salah satunya adalah mengubahnya menjadi kain lap.

Mengubah kain perca menjadi lap sesungguhnya sederhana saja tidak perlu menjadi pengrajin kerajinan, pengrajin aneka kerajinan, pengrajin aneka souvenir, atau pengrajin souvenir. Bila kain perca masih cukup besar tinggal dipotong sesuai kebutuhan, kemudian dijahit pinggirannya. Kalau potongannya merupakan potongan kecil-kecil, kain perca itu disambung-sambung sehingga menghasilkan ukuran yang dikehendaki.

Bahan baku kain perca ketika sampai di tangan pengusaha lap, masih dalam bentuk karungan. Harganya adalah Rp 500 per kilogram. Tentu saja ukurannya masih tercampur baur tidak karuan. Untuk itu perlu ada pekerjaan menyortir kain perca itu berdasarkan ukurannya. Saat ini, sekitar pertengahan tahun 2002, ongkos sortir berkisar pada angka Rp 50 per kilogram. Rata-rata seorang pekerja sanggup menyortir sebanyak 400 kilogram sehari. Dengan demikian seorang tukang sortir bisa mengantungi upah Rp 20.000 sehari. Tahap selanjutnya adalah menjahit. Ongkos jahitnya sebesar Rp 450 per kilogram.

Karena kualitas bahan dan ukuran kain perca itu sangat beragam, kualitas lap yang dihasilkannya pun sangat beragam. Kain lap yang paling mahal adalah yang berwarna putih dan tebal, berukuran 10 cm x 15 cm. Untuk jenis ini harganya bisa mencapai Rp 6.000 per kilogram. Bila bahannya tidak terlalu tebal, kain lap bisa dibikin dua lapis, namun harganya turun menjadi Rp 3.500 per kilogram. Kelas di bawahnya lagi adalah lap berukuran 5 cm x 15 cm, bahan berbagai warna. Untuk yang berbahan tebal sehingga hanya perlu satu lapisan harganya Rp 2.500 per kilogram, sedangkan yang tipis sehingga perlu dua lapis harganya Rp 1.500 per kilogram.

Harga paling rendah adalah lap yang terbuat dari kain perca yang kecil-kecil. Sedemikian kecilnya bahkan kebanyakan hanya selebar pita. Karena kecil maka kain perca itu dijahit secara melintang. Dengan jahitannya yang lintang melintang sedemikian rupa, kain lap itu menjadi yang paling tebal namun paling murah harganya, yakni Rp 1.000 per kilogram.

Begitulah di tangan pembuatan kerajinan kain lap itu tidak ada potongan perca yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan tangan, produk kerajinan, barang kerajinan dan macam kerajinan, aneka souvenir daur ulang, aneka kerajinan daur ulang, aneka kerajinan souvenir daur ulang, kerajinan daur ulang, souvenir daur ulang. Sekecil apapun tetap diusahakan untuk disambung menjadi kain lap.

Mereka menjual kain lap itu antara lain ke pabrik-pabrik yang memiliki alat berat untuk proses produksi atau ke toko souvenir. Gunanya untuk membersihkan alat berat itu agar tetap cemerlang. Selain itu juga biasa dijual ke produsen mebel kayu, yakni untuk memelitur mebel-mebel kayu tersebut. Seluruh data dan perhitungan ini disadur dari Tabloid Kontan.

Didik S

http://greenproductions.multiply.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar