Rabu, 09 Juli 2008

Tips Memilih Konsultan ISO 9001:2000

Banyak rekan yang bertanya bagaimana cara memilih konsultan, Berikut beberapa tips yang mungkin bermanfaat. Artikel ini sangat penting untuk Anda yang memutuskan menggunakan jasa konsultan untuk membangun sistem manajemen mutu.

Tips #1 : Perhatikan pengalaman konsultan

Ini langkah yang kami yakin sangat Anda pahami. Pengalaman. Pengalaman bukan berarti tua, dan muda bukan berarti tidak berpengalaman. Pengalaman yang kami maksud adalah “associated experience“. Dalam arti, pengalaman yang dimiliki RELEVAN dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Seorang dokter spesialis konsulen tentulah seseorang dengan skill sangat tinggi dan jam terbang yang luar biasa, tetapi jika dokter tersebut bekerja di Starbucks sebagai katakanlah ekstrimnya barista selama 1 tahun, maka antara dokter tersebut dengan seorang mahasiswa yang juga bekerja 1 tahun sebagai barista di Starbucks.

Jadi, janganlah melihat usia, atau jumlah perusahaan, atau jumlah proyek. Tetapi, perhatikanlah industri apa yang bersangkutan pernah terlibat, proyek apa yang pernah dikerjakan, situasi bisnis apa yang pernah dia ‘rasakan’, kultur organisasi yang menjadi pengalaman proyeknya.

Jika Anda bekerja di percetakan, cobalah melihat pengalaman konsultan dalam bidang tersebut, tidak harus di industri yang persis sama, tetapi minimal katakanlah bekerja di industri di mana proses produksi kita adalah ‘job order’, tentu akan lebih bagus jika konsultan yang kita pilih pernah terlibat di pemain terbaik di industri kita. Anda dapat menggunakannya untuk benchmarking.

Pengalaman konsultan BERBEDA dengan pengalaman perusahaan konsultan tempat perusahaan tersebut berada. Perusahaan konsultan XYZ bisa jadi memiliki 1000 klien, mengembangkan ISO 9001:2000 di ratusan perusahaan, TETAPI jika konsultan yang akan terlibat di organisasi Anda bukanlah konsultan yang memiliki pengalaman tersebut, Anda tidak akan mendapatkan manfaat dari daftar panjang tersebut.

Kesimpulan #1, lihat kompetensi KONSULTAN yang akan dilibatkan, dalam hal ini cobalah melihat ‘associated experience’-nya.

Tips #2: Jangan hanya menilai biaya jasa konsultasi

You give peanut, you get monkey, in most cases…

Maksudnya tentu saja, apa yang Anda dapatkan sangat tergantung dari kemampuan bayar Anda. Anda bisa saja mendapat satu paket jasa konsultasi senilai 20 Juta Rupiah atau bisa juga 150 Juta Rupiah.

Dalam kondisi ‘persaingan normal’ pun hal seperti ini bisa terjadi. Biaya konsultasi yang tinggi tidak menjamin bahwa yang datang adalah konsultan ‘world-class’, sebaliknya biaya konsultasi yang terkesan ‘murahan’ juga tidak bisa membuat kita mencap bahwa konsultan yang datang bukanlah ‘world class’.

Biasanya, nilai yang relatif rendah diberikan oleh konsultan freelance, ataupun perusahaan konsultasi yang masih sangat kecil. Mereka bisa memberikan harga murah karena tidak adanya biaya operasional yang mereka tanggung.

Berbeda dengan perusahaan besar yang menanggung biaya tim pemasaran, biaya iklan, sewa kantor, bahkan mobil dinas manajemen, biaya liburan perusahaan, THR. Perusahaan kecil (dan freelance) hanya membayar diri mereka sendiri, dan kadang satu atau dua staff lainnya.

Dalam menilai beberapa konsultan (dan perusahaan konsultan), Anda harus benar-benar memahami Tips #1 dan #2.

Banyak perusahaan yang “terkecoh” dan memilih harga sebagai patokan.Kemungkinan buruknya adalah implementasi sistem manajemen mutu Anda akan tertahan lama (pending), Nilai kontrak yang Anda tanda tangani saat itu juga merupakan harga ‘pada saat itu’ yang seharusnya lebih rendah di saat ini (Time Value of Money).

Kemungkinan terburuknya adalah implementasi sistem manajemen mutu Anda berjalan seadanya, dan di banyak kasus malah menjadi BEBAN organisasi Anda.

Aneh bukan? Anda membayar konsultan untuk implementasi sistem yang seharusnya membantu Anda dalam bekerja malah membuat sistem Anda menjadi ribet, birokratis, berujung kepada bertambahnya beban operasional, tingkat stres, bahkan hilangnya pelanggan. Hati-hati, ini sering terjadi. Kesimpulan, pilihlah konsultan dengan bijak dan jangan berpatokan pada harga saja.

0 komentar:

 
Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action