Sabtu, 07 Juni 2008

Daylily, si Mekar Sehari


Entah pemalu atau sadar sosoknya cantik, bunga daylily tidak mau lama-lama menunjukkan keindahannya. Cukup sehari, sesuai dengan namanya. Namun, seperti tak ingin mengecewakan penggemarnya, semua itu 'dibayar' dengan banyaknya kuntum bunga dari setiap rumpun. Bunga berwarna-warni muncul bergantian.

Kecantikan daylily terlihat menonjol, terutama bila ditata sebagai tanaman pembatas atau bedding plants di taman. Rumpun daylily dengan bunga besar pasti menjadi pusat perhatian. Aslinya, bunga daylily hanya berwarna kuning dan jingga. Namun, para penyilang di Amerika Serikat dan Eropa berhasil mengembangkan varietas baru berwarna merah, ungu, bahkan kebiruan.

Kelir mahkota juga beragam. Sekuntum daylily bisa terdiri dari satu, dua atau bahkan tiga warna. Selain warna, keragaman daylily terletak pada banyaknya kelopak. Ada yang satu lapis, juga dua lapis. Tekstur kelopak yang keras dan tebal membuat daylily seperti bunga plastik.

Di Indonesia, berbagai jenis daylily Trubus lihat di nurseri Mandiri Jaya Flora di Bogor. Si mekar sehari itu diboyong dari Miami, Florida, Amerika Serikat, pada 1998. Jenisnya ada yang kerdil (dwarf) dengan tinggi tanaman 30 cm, semi-dwarf, dan standar (tinggi 75 cm). Warnanya pun bervariasi dari kuning cerah, kuning pucat dan ungu polos, jingga dengan corak melingkar merah, serta merah jambu dengan corak melingkar ungu.
Bukan lily

Meski menyandang nama lily, daylily bukan anggota keluarga Liliaceae. Sosoknya memang mirip bunga lily. Bunga berbentuk terompet dengan tanaman merumpun. Namun, tidak seperti keluarga Liliaceae yang memiliki perbungaan berbentuk payung dan muncul serempak, bunga anggota keluarga Hemerocallidaceae itu muncul bergantian. Selain itu, kebanyakan lily mempunyai bulb, sejenis umbi batang yang berlapis-lapis. Daylily tidak.

Hemerocallis fulva itu sebenarnya berasal dari kawasan Asia subtropik seperti Jepang, Cina, Korea, dan daerah Eurasia. Di Cipanas, Indonesia, daylily kerap ditemukan di kios-kios bunga. Diduga, itu adalah jenis lawas yang dibawa Belanda pada masa penjajahan. Dari negeri 4 musim, daylily lokal itu beradaptasi dengan iklim tropis. Si mekar sehari itu terutama berkembang di dataran tinggi. Di awal abad ke- 20, bibit daylily dibawa ke Amerika Serikat dan Eropa. Di sana ia berkembang terutama sejak tahun 1930-an. Kini, di negeri Paman Sam, hampir setiap nurseri mengembangkan daylily. Tanaman berbunga bentuk lonceng terbalik itu pun populer sebagai tanaman landscape.

Para penyilang negara adidaya getol mengawinkan tanaman yang nama latinnya berarti cantik sehari itu. Muncullah 2 jenis daylily. Yaitu daylily daerah utara dengan 4 musim dan daylily daerah selatan yang beriklim tropis. Daylily daerah utara hanya berbunga pada musim semi dan panas. Pada musim dingin, dorman. Sedangkan daylily daerah selatan berbunga sepanjang tahun. Itulah yang Mandiri Jaya Flora boyong ke tanahair.
Tahan polusi

Menurut Benny Tjia, pemilik Mandiri Jaya Flora, daylily asal daerah selatan mudah dirawat. Mereka akan memperbanyak dirinya sendiri melalui rizoma. Pemupukan cukup dengan bahan organik seperti pupuk kandang dan NPK seimbang. Pemberian masing-masing setiap 2-3 bulan dengan dosis sesuai ketentuan. Musuhnya pun tidak banyak. Yang lazim ditemukan aphids bersarang di daun daylily dan menjadi vektor virus.

Untuk mencegahnya, penyemprotan insektisida dilakukan secukupnya. Daylily yang baru pindah lokasi tidak akan berbunga selama beberapa bulan. Maklum, ia mesti beradaptasi dulu dengan lingkungan baru. Mula-mula memperbanyak dulu rumpun selama 2-3 bulan. Setelah itu baru mengeluarkan bunga yang tidak pernah putus.

Seperti herba berumpun lainnya, daylily dikembangbiakkan dengan cara memecah anakan. Perkembangan dengan biji masih sulit dilakukan di sini.

Menurut Benny, daylily introduksi mampu tumbuh di daerah dataran tinggi maupun rendah. Dari Jakarta sampai daerah Puncak, Cipanas. Meski lebih suka sinar matahari penuh, ia masih bertahan pada intensitas matahari sampai 50%. Daylily tahan kekeringan dan adaptif di berbagai jenis tanah. Pun lingkungan dengan tingkat polusi cukup tinggi.

Daylily tidak terbatas sebagai elemen taman. Ia juga tampak cantik dalam pot. Karena itu bagi para hobiis yang tidak punya lahan, dapat memajang pot daylily. Syaratnya, pot sebagai tempat tinggal tanaman tidak boleh terlalu kecil agar tidak menghambat perkembangan rizoma. Tak sekadar indah, daylily juga enak dimakan. Digoreng dan disajikan layaknya tempura, kata Benny Tjia. Jadi, kenapa tidak memilih daylily?

Visit our category :

- Flowers
- Gifts
- Hampers
- International Florists
- Roses
- Wine & Spirits

0 komentar:

 
Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action