Kamis, 12 Juni 2008

Brand Image dan Kampanye Promosi Pariwisata Kalteng

Dengan tidak mempermasalahkan manajemen dan SDM yang minim di bidang pengembangan kepariwisataan Kalteng, maka kampanye promosi dengan strategi marketing meliputi beberapa hal yakni:

Apabila kita pernah merencanakan suatu perjalanan wisata berlibur ke luar negeri, maka sebagai calon turis tentu saja umumnya kita mulai memikirkan destinasi wisata dan negara mana yang menarik untuk segera dikunjungi. Begitu melihat brosur-brosur biro perjalanan wisata internasional, mudah sekali ditemukan negara-negara penting yang sangat dikenal karena ‘sesuatu daya tarik wisata’ yang dimilikinya, ambil contoh adalah Menara Eifel dan fashion maka kita akan ingat kota Paris, kota di atas air dengan kanal-kanal yang indah maka kita akan ingat Venice, berbelanja sepuasnya maka teringatlah Orchad Road di Singapura, begitu pula Parthenon yang agung hanya ada di Yunani, hingga daya tarik menara kembar Petronas di Malaysia.

‘Sesuatu’ itu mungkin saja bangunan monumental bersejarah, jalan, jembatan hingga berupa perjalanan alam yang indah, namun fenomena fisik yang nampak secara inderawi tersebut tentu saja ditunjang pula oleh adanya nomena yang ‘bekerja’ untuk mengangkat fenomena fisik tersebut sehingga dikenal oleh banyak orang. Nomena yang dimengerti disini adalah berupa citra dan pencitraan terhadap suatu image atau ‘sesuatu’ tersebut sehingga dapat diingat secara mudah, sehingga dalam konteks pariwisata maka pemberian ‘brand image’ berupa motto/slogan pada suatu destinasi wisata sebagai pengingat obyek atau kawasan wisata tertentu menjadi sangat penting.

Brand image yang dimiliki suatu destinasi atau kawasan maupun obyek wisata tertentu yang menjadi atribut pengenal dirinya merupakan bagian krusial dari komponen sistem produk pariwisata yang luas. Brand image yang dimiliki tersebut dan kemudian diubah menjadi slogan pariwisata atau motto pariwisata suatu tempat wisata pada umumnya didapat dari keunikan produk dan integrasi antar produk wisata (alam, budaya dan buatan) yang ada pada suatu kota atau negara tersebut. Mari kita belajar dari negara lain, Malaysia negara tetangga kita dikenal memiliki slogan “The Truly Asia” yang sangat diingat oleh turis mancanegara karena hampir selama lebih 5 tahun dipromosikan secara gencar di berbagai media wisata internasional dan elektronik (tanpa perubahan slogan sama sekali!).

Namun, mengapa pariwisata Malaysia lebih terkenal dibandingkan Indonesia secara umum (kecuali Bali)? Jawabannya adalah karena ketepatan, keakuratan dan keunikan motto pariwisata yang menunjang sistem produk pariwisatanya secara global. Di Indonesia, selama lebih 5 tahun terakhir, setiap tahunnya motto pariwisata selalu berubah-ubah karena menggunakan dalil 'trial and error'. Jujur saja penulis pun tidak hapal apa saja slogan-slogan pariwisata tersebut.

Sekarang mari kita melihat dalam konteks regional Kalimantan untuk dapat menerapkan ‘ilmu singkat’ yang didapat dari pembahasan di atas. Propinsi-propinsi di Kalimantan memilki kesamaan produk wisata terutama alam dan budayanya, sehingga akan sangat riskan apabila masing-masing propinsi berjalan sendiri dalam membentuk brand imagenya. Diperlukan kerjasama dalam menetapkan dan membentuk brand image bersama yang menjadi payung pengembangan kepariwisataan di Kalimantan karena akan sangat menguntungkan dalam hal positioning pasar wisatawan, pencitraan keunikan produk dan bentuk kampanye promosi ideal bersama.

Konflik yang mungkin terjadi karena kesamaan segmen pasar wisatawan akan dapat dieliminir jikalau dalam kesepakatan tersebut sudah ada perjanjian untuk membuat produk unggulan masing-masing daerah sebagai elemen identifikasi pembeda. Adanya slogan yang tepat dari brand image unik yang dimiliki oleh semisal negara tetangga kita tersebut dapat pula diterapkan terhadap pengembangan pariwisata Kalteng khususnya. Ketepatan slogan akan sangat membantu program kampanye promosi wisata karena hal tersebut merupakan ‘senjata’ yang sangat ideal untuk menggaet wisatawan.

  • pengembangan brand image bersama Kalimantan,
  • memanfaatkan promosi advertorial majalah/buletin wisata terkemuka regional seperti Travel Weekly dan Indonesia Travel Guides,
  • pemanfaatan teknologi internet melalui web dan elektornik mail,
  • mengikuti road show ke negara-negara pasar kunci seperti Eropa, USA dan Inggris, maupun pasar poetsnial seperti Jepang dan Cina,
  • pengembangan festival seni budaya nasional tahunan dengan target pasar wisatawan nusantara nasional, serta
  • pemaksimalan pengembangan ekowisata atau ekoturisme di Taman Nasional Tanjung Puting dengan target pasar ecotourist, cultural tourist, backpackers tourist dan student, melalui media promosi suatu traveller book semisal World Travel Guides.

0 komentar:

 
Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action