Jumat, 13 Juni 2008

Bisnis EO di Bandung Menjamur

Bandung, Bisnis event organizer atau EO di Bandung makin menjamur, seiring keinginan masyarakat mendapatkan kemudahan menyelenggarakan sebuah acara. Keuntungan usaha ini mencapai 20 persen dari total biaya produksi acara yang diselenggarakan.

Menurut Direktur Produksi Pass 17 Tedy Willem W, bisnis EO (event planning) tumbuh subur di Bandung sejak tahun 2002. Awalnya, pelaku EO menggarap semua jenis acara yang diminta klien. Namun, sekarang banyak EO yang mengkhususkan pekerjaannya pada acara tertentu.

“Kalau dulu semua yang diminta bisa dikerjakan. Sekarang mereka (EO) lebih spesifik menerima pekerjaannya,” kata Tedy, Jumat (9/3) di Bandung.

Pemilik Hans Creative Agung Elfianto mengatakan, banyak acara yang ditangani, mulai dari peluncuran produk, pembukaan perusahaan baru, pertemuan bisnis, pameran, pergelaran budaya yang diadakan instansi pemerintahan, hingga acara pernikahan dan ulang tahun. Belum lagi, acara hiburan musik, konferensi, dan rapat perusahaan yang ada di Jakarta.

EO agent yang banyak muncul adalah yang menggarap pameran dan peluncuran produk baru. “EO bukan hanya untuk perusahaan besar. Acara ulang tahun ke-17 tahun aja sudah pakai perusahaan EO. Peluang bisnis ini jadi luas,” ujar Agung.

Manajer Primadona Entertainment Massaprie Sejati mengatakan, masyarakat kini cenderung ingin menyelenggarakan acara dengan optimal, tetapi tidak mau repot oleh kesibukan di luar pekerjaannya.

Oleh sebab itu, keberadaan EO makin dibutuhkan sebagai pihak ketiga yang memperlancar acara.

Keuntungan bisnis EO rata-rata 20 persen dari total biaya produksi yang dikeluarkan, bahkan bisa 40 persen. Hal ini memicu munculnya banyak EO di Bandung.

Besarnya keuntungan bergantung acara yang dilaksanakan oleh EO team. Penyelenggaraan pameran serta acara dengan menggunakan jasa EO yang membutuhkan persiapan lama dan ditanggung sponsor besar adalah yang paling besar keuntungnya secara finansial.

Namun, ada kalanya EO menanggung kerugian. Ini terjadi bila banyak masalah yang muncul selama persiapan dan acara berlangsung. Anggaran terbesar biasanya untuk publikasi, promosi, dan mendatangkan artis yang mengisi acara hiburan.

“Biaya publikasi atau hiburan bisa mencapai 35 persen dari biaya produksi kami,” ujar Massaprie.

Tedy menambahkan, waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan EO consept hingga pelaksanaan acara bervariasi, tergantung jenis acara, massa yang hadir, serta tenaga yang dimiliki EO.

Banyaknya EO yang bermunculan di Bandung membuat pemilik atau pelaku usaha EO harus memfokuskan segmen pasar dan acara yang digarap.

Agung, misalnya, lebih memilih menggelar acara yang menarik perhatian massa, seperti pemecahan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri). Sudah 27 rekor Muri yang digarapnya. Untuk acara ini, pangsa pasar yang dibidik adalah kreator dan sponsor EO.

Sementara Tedy memfokuskan diri menggarap acara promosi produk perusahaan. Ini misalnya dilakukan oleh perusahaan rokok dan sabun kecantikan.

0 komentar:

 
Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action